2016, inilah gambar terakhir sang lagenda Muhammad Ali
Terlahir sebagai Cassius Clay, Ali dianggap sebagai atlet paling penting abad ke-20 oleh banyak profesional dan kritikus.
Dikenal sebagai "Yang Terhebat", Ali akan menggunakan tinju sebagai platformnya untuk mengadvokasi isu-isu hak-hak sipil dan kemanusiaan dan sebagai bentuk ekspresi diri.
Meski dianggap sebagai petinju terbaik sepanjang masa, Ali menghadapi rasisme dan diskriminasi sepanjang hidupnya. Berikut kisah tentang Ali yang menunjukkan dedikasinya terhadap keyakinannya:
Ali telah memenangkan medali emas di turnamen tinju Olimpiade 1960 pada usia 18 tahun.
Dia kembali ke kampung halamannya di Louisville, Kentucky, di mana dia dihina oleh surat kabar lokal.
Bangga atas prestasinya, suatu malam Ali pergi keluar untuk merayakan kemenangannya sambil mengenakan medali emasnya.
Saat memasuki sebuah restoran, layanan Ali ditolak.
Marah karena pelayan hanya mengenalinya karena warna kulitnya dan bukan karakternya, Ali melemparkan medalinya ke Sungai Ohio dari jembatan. Dia melakukan ini karena dia merasa bahwa apa pun yang dia capai, dia tidak akan pernah dinilai berdasarkan karakternya, melainkan berdasarkan ciri fisiknya.
Ali memiliki karir yang luar biasa, dengan 56 kemenangan (37 KO) dan 5 kekalahan. Menjelang akhir karirnya, Ali menunjukkan tanda-tanda penyakit Parkinson yang menyebabkan dia pensiun.
Ali dikenal dengan gaya tinju uniknya yang terdiri dari gerakan-gerakan seperti "Ali shuffle" yang memberikan kesan seolah sedang menari.
Dia tidak dianggap sebagai pemukul yang berat, tapi dia dikenal karena kemampuan menghindar dan lincahnya, yang memungkinkan dia menghindari serangan untuk melelahkan lawan-lawannya, sehingga Ali menjadi lebih agresif.
Ali kemudian menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia dengan komentar puitisnya, angan-angannya, dan sikapnya yang murah hati.
Fotografer: Zenon Texeira.
#Legendofboxing
KLIK > DAPATKAN PELBAGAI BUKU PADA HARGA DISKAUN [KEMASKINI]
KONGSIKAN: